tag:blogger.com,1999:blog-11367992018222315762024-03-08T06:21:53.051-08:00kerusakan terumbu karangAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/13535153162190347112noreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-1136799201822231576.post-45387829856554140762012-09-10T04:56:00.000-07:002012-09-10T04:56:47.264-07:00kerusakan terumbu karang<br />
<span style="color: blue; font-family: Courier New, Courier, monospace; font-size: x-small;">Hutan bawah laut atau lebih populer dengan nama terumbu karang merupakan<br />salah satu kekayaan alam yang dikaruniakan Allah SWT kepada hambanya. Di Sulsel<br />terumbu karang di laut membentuk suatu ekosistem yang khas. Merupakan ekosistem<br />yang kompleks dengan keaneka ragaman hayati yang tinggi. Terumbu karang ini dihuni<br />oleh berbagai jenis ikan karang, seperti ikan sunu, katamba, baronang dan lain-lain<br />sehingga memungkinkan secara langsung menyerap dan membuka lapangan kerja<br />baru seperti menjamurnya restoran seafood dan warung-warung ikan bakar di Sulsel.<br />Manfaat yang terkandung di dalam ekosistem terumbu karang sangat besar dan<br />beragam, baik manfaat langsung, (pemanfaatan ikan dan biota lainnya, pariwisata<br />bahari), maupun manfaat tidak langsung (penahan abrasi pantai, pemecah gelombang,<br />tempat pemijahan dan habitat bagi biota laut seperti ikan karang, krustacea, moluska,<br />teripang dan lain-lain). Lebih dari 30% ikan-ikan yang merupakan pemasok protein yang<br />ditangkap di daerah terumbu karang. Banyaknya manfaat tersebut menyebabkan<br />banyak pihak yang berkepentingan dan tidak jarang menimbulkan permasalahan. Salah<br />satu masalah tersebut adalah kerusakan akibat aktivitas perikanan tangkap.<br />Kondisi Terumbu Karang<br />Luas perairan terumbu karang di Indonesia diperkirakan sekitar 75.000 km<br />2<br />,<br />dimana sekitar 40.000 km<br />2<br />(52%) terdapat di perairan Indonesia Bagian Timur. Namum<br />demikian berdasarkan hasil pemantauan yang dilaporkan oleh Lembaga Ilmu<br />Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 1999 menyebutkan bahwa kondisi terumbu karang<br />di Indonesia hanya 7 % dalam kondisi yang sangat baik, 33 % dalam kondisi baik , 46<br />% dalam kondisi rusak dan 15 % dalam kondisi kritis. Selanjutnya Thohari dan Alikodra<br />2005 melaporkan bahwa di Indonesia Timur kondisi terumbu karang hanya 9,8% sangat<br />baik, 35,29% dalam kondisi baik, 25,49% kondisi cukup baik dan 29,92% dalam kondisi<br />kurang baik. Laporan dari Bulletin COREMAP tahun 2007 menunjukkan 43% terumbu<br />karang dalam kondisi berat, 28,8% dalam kondisi rusak, 22% dalam kondisi baik dan 6,2<br />% dalam kondisi yang sangat baik. Data-data tersebut sangat merupakan warning bagi<br />kita semua dalam menyelamatkan sumberdaya hayati laut.<br />Di perairan Sulsel beberapa lokasi telah dilakukan survey untuk mengamati<br />kerusakan terumbu karang. Berdasarkan hasil survey Pusat Studi Terumbu<br />Karang(PSTK) Unhas tahun 2000, kondisi terumbu karang di Kepulauan Sembilan<br />Teluk Bone adalah dalam kondisi rusak sampai sedang dengan rata-rata penutupan<br />karang hidup sebesar 30%. Tingkat kerusakan terumbu karang di perairan Sulsel<br />bervariasi berdasarkan lokasinya. Di daerah Taka Bone Rate, tingkat kerusakan ratarata masih relatif lebih rendah yakni dengan penutupan karang hidup sekitar 40-60 %,<br />dan di daerah Kepulauan Spermonde tingkat penutupan karang sekitar 25-50%, (Nessa,<br />dkk 2002).<br />Kebanyakan terumbu karang tersebut berada pada wilayah pesisir dan daerah<br />kepulauan. Di Sulsel, beberapa kabupaten memiliki terumbu karang yang luas antara<br />lain, Kabupaten Pangkep, Selayar, Sinjai, Takalar dan Bulukumba. Kabupaten Pangkep<br />memiliki potensi terumbu karang yang sangat besar sehingga produksi ikang karang di<br />daerah tersebut juga cukup besar. Kabupaten Pangkep memiliki 114 buah pulau (34<br />pulau tidak berpenghuni), memiliki terumbu karang seluas 374 km</span><br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13535153162190347112noreply@blogger.com0